Hening. Hanya
ada suara rintikan hujuan yang terdengar bagai melodi pengiring hati. Hujan mewakili
perasaanku malam ini. Berusaha untuk tidak menangis lagi. Namun nampaknya
butiran bening ini tak lagi dapat tertampung.
Pikiranku kosong,
harapanku kusam. Segala tentangmu semakin menekanku. Rindu menyiksaku, rasa
sayang membodohiku, rasa cinta menghancurkanku, dirimu calaka semu.
Beberapa hari ini
kamu selalu hadir mengisi lelapku, bukan hanya saat terpejam, bayangan tentang
kitapun berserakan disana-sini. Dosa apa aku? Hingga aku tak juga bisa terlepas
dari rasa yang memilukan ini. Semuanya begitu kuat tanpa perekat.
“Hey. Kok
ngelamun.” kedatangan kakak perempuanku itu memang selalu berhasil membuyarkan
lamuanku.
“Eh kakak.
Ngagetin aja.” Aku menoleh ke arahnya sejenak, kemudian menatap lantai.
“Ada apa?”
tanyanya dengan nada khawatir.
“Gak papa kok.”
singkatku.
“Tadi gimana?
Ketemu gak?” tanyanya lagi.
“Enggak kak.
Aku udah nunggu sejam tapi dia gak juga keluar. Waktu aku tanya sama anggota
lain, katanya hari itu emang gak latihan.” Jelasku.
“3 kali loh
kamu nunggu dia berjam jam kaya gitu. Coba dicari informasi yang pastinya dulu.
Baru nagambil keputusan buat gimana gimananya. Jangan nyiksa diri sendiri buat
sesuatu yang 70%nya bakalan sia-sia.” Terangnya sembari memijat pundakku dengan
kedua tangan lembutnya.
Ini adalah
minggu ke dua dimana kamu sering kali hadir dalam bayangan aku. Membuat aku
berfikir ingin sekali menemuimu, Menghampiri keberadaanmu secara diam-diam, dan
menatap kemesaraan kalian dari kejauhan.
Aku capek seperti ini terus. Kangen sama kamu yang jelas jelas sudah tak
peduli lagi denganku.
“Yul, aku sayang sama kamu. Maafin aku ya udah
jauhin kamu. Sekarang aku mau kita balik kaya dulu” pernyataannya berhasil menyetrumku.
“Gak bisa Ad.”
sontak ku menjawab tanpa berfikir lagi.
Ada sesuatu
yang memberontakku untuk menjawab “iya”. Walaupun sebenarnya aku ingin sekali
menjawab itu. “Semudah itukah kamu bolak balik di kehidupan aku? Kamu pikir
aku ini kartu prabayar yang bisa kamu cabut-pasang” batinku.
“Aku mohon.
Ini yang terakhir aku jauhin kamu. Aku kangen sama kita yang dulu Yul. Ternyata
aku juga gak bisa lupain kamu.” Jelasnya dengan nada yang khas.
“Gak taulah Ad.”
jawabku singkat.
“Plissss.”
seraya memohon matanya terlihat serius.
Insiden itu selalu terputar
kembali oleh memoriku. Lembaran barupun terbuka mengenai aku dan Fuad. Semua
temanku tak ada yang dapat mempercayainya. Kemesraanku dengan Fuad yang kini
mulai terjalin lagi, seolah keajaiban untukku menurut mereka. Setiap kali mereka
melihatku berdua dengan Fuad, mereka tertegun tak percaya.
Bukan hanya mereka, akupun tak
dapat mempercayainya. Ketika Fuad kembali menggenggam tanganku lagi, menatap
mataku lagi, memanggilku dengan sebutan pesek lagi, memelukku, mengelus pipiku,
dan melalukan segala hal yang ku rindukan darinya.
“Aku sayang baget sama kamu”
kalimatnya terdengar jelas ditelingaku.
Aku gugup dan
tak kuasa membuka kedua bilah bibirku untukku menjawabnya. Hanya sebutir senyum
rekah yang tercurah. Mata Fuad menatapku tajam. Seolah ada banyak kata yang ingin ia lontarkan.
Aku semakin gugup saja. Tubuhku
semakin kaku ketika dia menggenggam tanganku, dan kemudian menciumnya. Tak
dapat teraba betapa indahnya saat itu. Namun jantungku berdegup kencang, napasku
tersenggal tertahan, bibirku terkunci rapat tanpa bicara, senyumku melebar
sangat manis dengan kedua lesung yang menghias di kedua pipi. Ingin rasanya aku
berteriak pada dunia betapa bahagianya aku saat itu.
“Yuliaa...
bangun. Kamu ini gimana sih? Mentang-mentang libur kerjaannya molor aja.
Bangun-bangun shalat subuh dulu. Udah jam 6.” seru seorang wanita dari balik
gorden pembatas kamarku dengan ruang tamu.
Dengan kagetnya, aku membuka
kedua kelopak mataku perlahan-lahan. Ku tarik napas dalam-dalam, dan ku coba
kembali tersadar.
“Loh kok?”
bingung langsung menyapaku ketika ku tau bahwa aku masih terbaring diatas
ranjang.
“huh, lagi-lagi Cuma mimpi.”
sesalku dalam hati.
“kenapa mimpi terus sih, kapan
jadi nyatanya,Bt.” batinku.
Mimpiku serasa horor jika itu
tentang kita. Bukan hanya hibernasi, tapi juga insomnia. Hari – hariku terasa
mencekam jika selalu teringat olehmu.Aku bingung harus bagaimana.
Setiap kali aku coba melupakanmu, selalu saja kamu hadir dalam pikiranku .
lagi, lagi, dan lagi. Apa aku salah kangen sama kamu? Namun, apakah pantas
menyalahkan rasa rindu?
Hidup itu mengerikan jika cinta
yang kita miliki hanya kita yang tau, dan hanya kita pula yang merasakan. Mau
dia peduli atau tidak, cinta adalah cinta. Persepsinya tak akan goyah. Cinta
memang misterius. Sangat ku sesali ketika nyatanya mimpikulah yang yata bukan
mimpiku yang menjadi nyata.
Wajar bila kemesraan kita hanya
ada dalam mimpi. Karena memang aku dan kamu hanya tinggal mimpi. Tak ada lagi
kamu yang mengisi hari-hari berwarnaku. Semuanya hilang dalam sekejap mata.
Kini yang ada adalah kamu dan dia, bukan lagi aku dan kamu.
Komentar
Posting Komentar